Bertingkah….
Kemana
aku harus melangkah di jaman kegelapan ini, semua yang ada didepan mata seolah
sebuah pilihan yang selalu membuatku bimbang. Yang aku tahu terkadang semua
terlihat baik baik saja namun semuanya
ternyata
menjerumuskan kejalan yang tiada bertepi.
Namun demikian aku harus terus melangkah walau jalan didepan sana masih sulit aku lihat,tiada lampu
penerangan dan walaupun terkadang ada, banyak persimpangan yang mana aku mesti pandai membaca arah petunjuknya yang terlihat tidak jelas.
Dalam melangkah dijaman ini.
Namun demikian aku harus terus melangkah walau jalan didepan sana masih sulit aku lihat,tiada lampu
penerangan dan walaupun terkadang ada, banyak persimpangan yang mana aku mesti pandai membaca arah petunjuknya yang terlihat tidak jelas.
Dalam melangkah dijaman ini.
Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini,
tapi nanti.
Mari
kita berbicara tentang masa depan. Agar hari esok yang dijelang bukan sesuatu
kesengsaraan, ada hal yang elas harus dipersiapkan. Mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindarkan.
BILA
engkau lelaki, engkau harus tahu arah saat melangkah.
Bila engkau perempuan, seharusnya tahu bagaimana bertingkah.
Kita
bicara masa depan karena ia tak semuda yang diperkirakan pemuda-pemuda yang
lalai, juga tidak sesulit yang diceritakan perempuan - perempuan yang bercerai.
Setiap
Muslimah tentu saja menginginkan lelaki yang bertanggung jawab, yang menghargai
kelebihan-kebaikannya, dan yang memaafkan kealpaan-kekurangannya.
Muslimah mana yang tidak ingin lelaki berbudi pekerti, baik hati,
tinggi iman, dan lurus amal....???
Muslimah selalu menanti lelaki elok
akhlak padan rasa, yang memiliki kelembutan dengan anaknya, dengan istrinya dia
mesra. Muslimah mana yang tidak mendambakan lelaki yang bisa mengawalnya jauh
dari neraka dan membimbing menuju surga Allah?
Lelaki mana yang tidak suka dengan
wanita cerdik cendikia lagi berparas menawan, yang lisannya seanggun gerakannya?
lelaki yang baik pasti menyukai wanita lemah lembut lagi santun, pintar
membahagiakan suami dengan masakan dan perhatian, tidak tamak pada harta dan
selalu menjaga kehormatan. lelaki mana yang tidak memimpikan wanita yang
mendukungnya dalam kebaikan dan mengeluarkan kebaikannya, dirindukan bila
ditinggal, dan menyenangkan bila berjumpa?
NAASNYA.... Kita hidup di zaman kapitalisme yang
mengajarkan lelaki dan wanita masa kini untuk memperhatikan fisik bukan isi,
perhatikan badan bukan iman. Kapitalisme menjadikan kebahagiaan matrealistis sebagai
tujuan tertinggi. Hingga membuat lelaki sejati dalam pandangan Islam menjadi
barang yang sulit. Hedonisme, anak kandung kapitalisme, sukses menjadikan lelaki
hanya peduli nikmat sampai pada kulit.
Wajar bila kita melihat di mana-mana
lelaki jadi miskin tanggung jawab dan fakir komitmen. bagi lelaki yang tidak
lulus ujian tanggung jawab dan komitmen. merekalah yang akhirnya masuk dalam
jurusan pacaran.
Cinta disempitkan
dalam arti pacaran,
yang terbatas pada
rayuan palsu dan
gandengan tangan
Padahal,
pendampingnya yang saleh tiada pernah didapatkan dari proses pacaran,
karena kesalehan dan kebatalian jelas bertentangan. Haq dan batil tidak akan
pernah bertemu, bagaikan fatamorgana yang janjikan kebahagiaan semu.
Bagaimana
bisa lelaki yang sudah memahami pacaran itu perbuatan yang dilarang oleh Allah,
memaksa dengan berbagai alasan agar engkau berbagi dosa dengan ia dengan
melawan Allah. Lalu yang seperti ini bisa terjadi paduan setelah menikah...?
Coba Pikirkan Baik - Baik.....!!!!
Sebelum menikah saja dia sudah berani berbuat makmsiat. Lalu apa
yang menghalanginya berbuat maksisat setelah menikah....?
Jika Sebelum halal saja sudah berani berkata sayang padamu.
Jangan heran bila setelah menikah ia berani katakan itu kepada
wanita lain. toh sama-sama bermaksiat kepada Allah.
Jika sebelum akad saja ia sudah berani melabukan tangannya pada
tubuhmu.....
Jangan heran bila setelah menikah ia mampu melakukan itu pada
wanita lain. toh sama-sama dosa kepada Allah.
Yang tiada takut dosa saat sebelum menikah
Jangan harap ia takut dosa setelah menikah....!!!