Rabu, 25 Juni 2014

Melangkah  

    Bertingkah.


Kemana aku harus melangkah di jaman kegelapan ini, semua yang ada didepan mata seolah sebuah pilihan yang selalu membuatku bimbang. Yang aku tahu terkadang semua terlihat baik baik saja namun semuanya
ternyata menjerumuskan kejalan yang tiada bertepi.

Namun demikian aku harus terus melangkah walau jalan didepan sana masih sulit aku lihat,tiada lampu
penerangan dan walaupun  terkadang ada,  banyak persimpangan yang mana aku mesti pandai membaca arah petunjuknya yang terlihat tidak jelas.

Dalam melangkah dijaman ini.


Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti.

Mari kita berbicara tentang masa depan. Agar hari esok yang dijelang bukan sesuatu kesengsaraan, ada hal yang elas harus dipersiapkan. Mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindarkan.

BILA engkau lelakiengkau harus tahu arah saat melangkah. Bila engkau perempuan, seharusnya tahu bagaimana bertingkah.

Kita bicara masa depan karena ia tak semuda yang diperkirakan pemuda-pemuda yang lalai, juga tidak sesulit yang diceritakan perempuan - perempuan yang bercerai.

Setiap Muslimah tentu saja menginginkan lelaki yang bertanggung jawab, yang menghargai kelebihan-kebaikannya, dan yang memaafkan kealpaan-kekurangannya.

Muslimah mana yang tidak ingin lelaki berbudi pekerti, baik hati, tinggi iman, dan lurus amal....???

Muslimah selalu menanti lelaki elok akhlak padan rasa, yang memiliki kelembutan dengan anaknya, dengan istrinya dia mesra. Muslimah mana yang tidak mendambakan lelaki yang bisa mengawalnya jauh dari neraka dan membimbing menuju surga Allah?

Lelaki mana yang tidak suka dengan wanita cerdik cendikia lagi berparas menawan, yang lisannya seanggun gerakannya? lelaki yang baik pasti menyukai wanita lemah lembut lagi santun, pintar membahagiakan suami dengan masakan dan perhatian, tidak tamak pada harta dan selalu menjaga kehormatan. lelaki mana yang tidak memimpikan wanita yang mendukungnya dalam kebaikan dan mengeluarkan kebaikannya, dirindukan bila ditinggal, dan menyenangkan bila berjumpa?

NAASNYA.... Kita hidup di zaman kapitalisme yang mengajarkan lelaki dan wanita masa kini untuk memperhatikan fisik bukan isi, perhatikan badan bukan iman. Kapitalisme menjadikan kebahagiaan matrealistis sebagai tujuan tertinggi. Hingga membuat lelaki sejati dalam pandangan Islam menjadi barang yang sulit. Hedonisme, anak kandung kapitalisme, sukses menjadikan lelaki hanya peduli nikmat sampai pada kulit.

Wajar bila kita melihat di mana-mana lelaki jadi miskin tanggung jawab dan fakir komitmen. bagi lelaki yang tidak lulus ujian tanggung jawab dan komitmen. merekalah yang akhirnya masuk dalam jurusan pacaran.

Cinta disempitkan
dalam arti pacaran,
yang terbatas pada
rayuan palsu dan
gandengan tangan

Padahal,  pendampingnya yang saleh tiada pernah didapatkan dari proses pacaran, karena kesalehan dan kebatalian jelas bertentangan. Haq dan batil tidak akan pernah bertemu, bagaikan fatamorgana yang janjikan kebahagiaan semu.

Bagaimana bisa lelaki yang sudah memahami pacaran itu perbuatan yang dilarang oleh Allah, memaksa dengan berbagai alasan agar engkau berbagi dosa dengan ia dengan melawan Allah. Lalu yang seperti ini bisa terjadi paduan setelah menikah...?


Coba Pikirkan Baik - Baik.....!!!!
Sebelum menikah saja dia sudah berani berbuat makmsiat. Lalu apa yang menghalanginya berbuat maksisat setelah menikah....?

Jika Sebelum halal saja sudah berani berkata sayang padamu.
Jangan heran bila setelah menikah ia berani katakan itu kepada wanita lain. toh sama-sama bermaksiat kepada Allah.

Jika sebelum akad saja ia sudah berani melabukan tangannya pada tubuhmu.....
Jangan heran bila setelah menikah ia mampu melakukan itu pada wanita lain. toh sama-sama dosa kepada Allah.

Yang tiada takut dosa saat sebelum menikah
Jangan harap ia takut dosa setelah menikah....!!!

Bersambung....